Jumat, 17 Januari 2014

Tuan Putri dan Penjaga Istana - cerita klasik


Tuan Putri dan Penjaga Istana
                Di suatu hari tersebutlah putri yang bernama Putri Hillya , aku sangat mendambanya begitupun juga temen temen cowok aku  yang lain , aku bernama Apiip . Laki laki dari dua bersaudara . adikku masih TK . aku single, tampangku lumayan , umurku masih 16 tahun, aku duduk di bangku kelas 10 SMA termasyur di kota ini . biasanya sih aku di panggil ke kerajaan buat bersih bersih , secara aku kan anaknya pak bon yang jaga kerajaan yang berletak di pinggiran sungai berantas tersebut .
            Waktu itu sih aku sedang maen bola sama temen temen aku sepulang dari sekolah yaitu Aldo,Singgih,Wiyang,Gentong,Azis,Agus,Ferdy ada juga tukang lawak kelasku Dicky Sama Jauhar , dan gak lupa temenku yang pendiem tapi jago banget gitar, John. karena gak ada PR sama kegiatan rumah , aku pulang agak larut karena aku capek dan ketiduran di emperan tribun lapangan itu . rumahku juga agak jauh dari tu lapangan jaraknya aja 5 km . setelah itu aku di hampiri oleh kepala penjaga (atasan bapakku) yang kerja di istana tersebut , emang sih lapangan itu gak jauh dari istana dan biasanya lapangan itu di buat peretmuan raja raja dari negeri seberang . hari itu malem minggu aku gak keluar , aku hanya maenan laptop di rumah dan ngemil ngemil gak jelas gitu , akhirnya akupun ketiduran sampek pukul 09 pagi . akhirnya aku mandi dan nerusin ngebersihin istana sampe kinclong. Apa gak menderita tuh ?
                Setelah ngebersihin, Akhirnya aku kecapekan dan sakit , gak masuk sekolah selama 2 hari , buatku itu sih rekor , aku selama ini gak pernah gak masuk sekolah (aku termasuk anak yang rajin, meskipun ada beberapa pelajaran yang ku gak mengerti sama sekali hehehe). Akhirnya temen temenku pun njenguk aku di rumah , aku yang lemes pun agak di buat kaget ketika sang putri datang ngejenguk gue betapa terkejutnya aku , putri yang biasanya egois,sombong,dan gak punya perasaan sama sekali ternyata punya hati juga . dalam hati akupun seneng banget campur takut , gimana nggak takut , aku yang absen dulu bersih bersih kerajaan. Tapi anggepan itu gak aku rasain sama sekali . dia begitu baik menyapaku , mijitin aku (plaaakk!!!!!!). Saat itu aku Cuma sama temen temenku , orang tuku udah ada di kerajaan semua .
            Sang putri yang daritadi nemenin aku , matanya terus berbinar isyarat bahwa dia suka sama aku , tapi mungkin yang aku harapin gak sesuai , aku ngobrol bareng , bercanda bareng , dan nggak lupa di luar kamarku ada penjaga yang ngejagain tuan putri , setelah sekian lama ngoceh ,  akhirnya pulang dan pamitan sama aku . kita nggak ketemu selama 4/5 harian akupun udah ngrasa kangen banget . sumpah! Apa aku suka ya sama ini orang . tapi keraguan kembali menyeruak , akankah aku jadi pendamping sang putri , aku juga gak terlalu berharap karena perbedaan statusku sama sang putri .

 Lama aku gak ketemu sama sang putri akhirnya aku denger kabar dia akan di lamar oleh pangeran dari negeri sebelah. aku sangat sakit hati , aku nggak mood makan , aku nggak bisa tidur , aku cuma mengharap harapan yang sama sama sang tuan putri namun harapan itu sirna .
            Namun selang beberapa bulan aku bertemu putri di pinggiran stasiun , akupun menyapanya . “tuan putri?, apa gerangan yang anda dan adik anda lakukan di sini?”. “tidak, aku bukan tuan putri, engkau siapa?” Tanya balik tuan putri kepadaku. “aku dulu seseorang yang kau jenguk , kau ajak bercanda , kau ajak tertawa bersama dan setelah itu kaupun menghilang” sahutku . “apa anda masih mengenali saya?” tanyaku sambil memegang pundak sang putri. “kamu apip kan?, iyaa kamu apiip!” sahut tuan putri sambil memeluk aku. “Seperti yang anda kira tuan putri , saya tetaplah saya yang dulu” gue bales peluk tuan putri.
            Akhirnya tuan putri yang keluarganya lenyap gara gara di habisin hartanya oleh mantan suami tuan putrid. dia sendiri nginep di rumahku , aku seneng banget . teman teman ku juga pada iri melihatku setiap berangkat berjualan barengan sama tuan putri . tuan putri aku bonceng setiap hari untuk pergi ke pasar. Dia  sepertiku katanya . dia bilang gini “apiip, aku pengen barengan kamu terus , aku pengen berjualan sama kamu, ya bantu bantu lah , bolehkan?”. Matanya yang indah juga berkaca kaca menandakan bahwa dia sungguh sungguh ingin membantuku berjualan. Akhirnya dia ikut keluargaku berjualan. Memang setelah kerajaan mengalami kebangkrutan keluargaku keluargaku beralih profesi menjadi penjual di pasar. akhirnya kami bersama setiap hari.
            Seminggu sudah sang putri berada di rumahku . dia terlihat menangis meratapi nasibnya . tapi dia tersenyum ketika dia melihatku menghampirinya . “aku gak nyangka semua ini telah terjadi, apa aku harus mati ya piip?” keluh kesahnya sambil menghilangkan bekas air mata yang mengalir di pipinya . “gak perlu tuan putri” , “jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi, aku sudah tak pantas” katanya setengah membentak. Kemudian dia memelukku “maafin aku yaa?” , “tidak apa apa” sautku sambil balas memeluknya. “apiip aku lihat di luar ada penjaga mantan suamiku, aku takut” sambil memelukku lebih erat. “sudahlah semua akan baik baik saja , aku akan melindungimu”. Aku lihat ke jendela ternyata benar , mereka telah datang tapi tidak dengan raja mereka. Aku agak takut melihat mereka , mereka tinggi besar , tapi aku bertekad menyelamatkan tuan putri dari segala bahaya. “setelah sekian lama aku memendam rasa ini , aku baru berani mengungkapkannya sekarang , tuan putri pernah denger kisah si cantik dan buruk rupa?”. Kataku memulai cerita. “iya pernah” seraya memandangku dengan tatapan seperti biasa . “aku mencintai tuan putri , tapi semua ini yang buat aku mulai ragu, perbedaan status kita, silsilah keluarga kita sepertinya menjadi penghambat”. “maaf ya aku belum punya perasaan yang sama denganmu, bukan berarti semua ini menjadi penghambat, tetapi aku ingin kita hanya sebatas kakak dan adik” . “baik tuan putri , maaf mengganggu anda, saya tahu dan mengerti alasan anda“ sautku seraya berpaling dari wajahnya.
            Setelah kejadian itu aku rasakan perih yang teramat dalam menusuk jantungku. Aku yang tak punya daya mencoba melupakan kejadian itu sekuat hatiku. Tapi hal yang aku takutkan terjadi . mantan suami tuan putri dating dengan membawa bala tentara dan mendobrak pintu rumahku, akupun bersembah sujud pada raja yang sedang berkuasa tersebut. Pada saat dia masuk ke rumahku , dia menobrak abrik seisi rumahku seraya berkata “mana putri Hillya, manaaaa!!!” . “maaf saya tidak tahu tuan, yang bersangkutan tidak berada di sini” tutup aku dengan kebohongan. Akhirnya ayahku yang tidak kuat rumahnya di hancurkan pun membalas dengan beberapa kali melemparnya dengan sepatu . akhirnya ayahku yang pukul dengan pedang pun tersungkur pingsan . aku yang tidak terima langsung menantangnya “itu ayah saya, anda mau ribut sama saya ? atau anda mau minta maaf ke saya?” kataku menantang. “hey! Anak ingusan, aku tau apa yang ada di benakmu , jadi biar aku ungkap semuanya bahwa kau memang mencintai istriku”, “tidak untuk sekarang” sautku sambil menendang kakinya hingga hidungnya jatuh terlebih dahulu . “kau mematahkan hidungku!! Kesini kau keparat kecil!” dia menghampiriku sambil mengepalkan tangannya lalu kepalan tangan itu mengenai dadku hingga rusukku patah , tapi aku tidak tinggal diam ku lepaskan beberapa hantaman hantaman tepat di perut dan pipinya hingga pipinya hancur dan , sial perutnya keras sekali. Tahu kalau pipinya berdarah, dia berusaha membunuhku dengan pedang yang di genggamnya. Dia mengayunkan pedang ke arahku namun meleset sehingga Cuma terkena lenganku, tampaknya tembok kayu itu tertembus oleh pedang sang raja. Aku mempunyai ide untuk mengajaknya ke ruang sebelah di mana pedang itu menganga dan siap untuk menggores siapa saja, akhirnya aku berdiri di hadapan pedang itu . sang raja mencoba berlari ke arahku tetapi aku hindari akhirnya sang raja mengeram kesakitan dengan darah yang mengucur deras karena dadanya tertancap oleh pedang.
            Sang putri yang dari tadi bersembunyi di balik lemari sontak memberontak keluar dan mencium bibirku seraya berkata “apiip, terima kasih atas semua ini, aku bangga padamu, aku sangat mencintaimu”. Dengan lemas aku berkata “tapi aku tidak pantas untukmu dan aku Cuma rakyat jelata”. “tidak, aku tak mau, engkau sudah menyelamatkan aku bukankah aku harus membalas budi untuk semua ini?” balas tuan putri . aku yang lemah karena menahan rasa sakit berusaha mengusap air mata putri “baiklah karena itu mau kamu, tetapi aku tidak pernah meminta imbalan atas apa yang aku perbuat”. Dia terus menciumku yang sudah lemah karena bertempur melawan sang raja bengis dari negeri sebelah. Badai pasti berlalu.ujian akan lewat, dan setelah semua itu aku dan Sang Putri Hillya berencana untuk menikah dan mempunyai anak. Akhirnya mereka hidup bahagia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar